“Bukan tujuan dari perampokan itu, namun keteguhan hati Raden Syahid, yang membawanya ke tingkat kemuliaan. Kemurnian hatinya, untuk bertaubat yang sebenar-benarnya. Itulah, teladan yang patut dicontoh generasi saat ini. Jangan hanya berfokus pada ambisi, namun kembali kepada niat yang murni,” ujar Sunarnik, Kepala SDN Lengkong.
Hal tersebut diamini oleh Miftahur Rohim, sutradara Lakon Sang Pertapa yang dimainkan oleh siswa-siswi kelas 4, 5, dan 6 SDN Lengkong Batangan Pati.
Mereka tanpa canggung, memerankan tokoh-tokoh dalam cerita. Meskipun, awalnya merupakan hal baru bagi anak-anak. Mengingat ketidakbiasan mereka menggunakan bahasa Jawa Alus.
“Sejak awal, saya mengatakan pada anak-anak agar mengenal dahulu seni ketoprak, sebagai salah satu warisan budaya tak benda Kabupaten Pati. Kemudian, mencoba mengenal ragam bahasa yang digunakan. Agar memupuk rasa cinta terhadap seni dan budaya lokal sejak dini,” ungkapnya.
Pentas tersebut mempunyai muatan lengkap, mulai dari iringan musik karawitan gerak tari, dan pemeran tokoh, dimainkan oleh siswa-siswi SDN Lengkong.
Jadi, ini merupakan pengalaman baru bagi mereka, supaya lebih mencintai seni budaya lokal. Bukan, mendidiknya menjadi seorang seniman, lebih pada penguatan karakter kepada siswa-siswi di tengah perkembangan dan kemajuan zaman yang amat cepat.
(red)